Media Sosial seperti Demokrasi Bagi Rakyat Indonesia

Menyikapi fenomena prank dan tingkah aneh2 anak muda di media sosial belakangan ini, yang kemudian menyeretnya ke kasus hukum. 

Saya menilai, Media Sosial bagi masyarakat Indonesia itu, seperti Demokrasi. 
Sama-sama belum siap memegangnya.

Perlu adanya Edukasi.

Seperti halnya pada kasus penghinaan pejabat pemerintah beberapa bulan sebelumnya, dan pada bulan pemilu, niat mengkritik berubah menjadi penghinaan. Hal ini terjadi karena kegagapan berpikir sebagian orang, dalam mengikuti upaya putch para politisi yang secara vulgar dan frontal di media. Sedangkan bagi orang awam yang kurang cakap dalam dialektika dan retorika yang baik, bisa berujung pada penghinaan.

Artinya, dalam bermedia sosial baik berbicara politik maupun hiburan semata, mesti menggunakan akal yang sehat. Dan ini mesti dibangun dengan kesadaran, itu yang saya maksud Perlu adanya Edukasi.

Edukasi itu bisa dilakukan oleh konten kreator, influencer, dan public figure itu sendiri, agar menjalankan fungsi media dan menjaga kultur komunikasi secara positif kepada khalayak. Sepertimana dalam teori fungsi media massa menurut Harold D. Lasswell : to inform, to educate, to entertain.

Juga dengan kaum akademisi yang harusnya bisa menjadi kontrol sosial. Tahun lalu, saya menyusun skripsi itu, tentang peran Youtube dalam pembentukan citra positif organisasi dengan studi kasus karya film pendek. Tujuan awalnya adalah untuk meneliti karya film pendek di channel youtube tersebut dalam mengcounter demoralisasi di era New Media. Namun karena belum berani meneliti efeknya, akhirnya berganti menjadi pembentukan citra.

Di bagian saran dalam skripsi itu, saya harapkan pihak kampus agar memberikan fasilitas dan sarana, demi menunjang kebutuhan mahasiswa dalam mengembangkan karya komunikasi. Saya pikir untuk saatnya fokus pada era New Media, pada contohnya adalah media sosial, di sana cultural transmission terjadi begitu cepat. Apabila orang baik, akademisi, tidak ikut ambil bagian to educate, to inform, to entertain. Kemajuan bangsa dan pembangunan moral hanya angan angan.

Saya tidak tahu, apakah skripsi itu dibaca atau hanya pajangan saja. Lagipula, dibaca pun kalau tidak ada implementasi, tidak ada perubahan. Itu tergantung pihak yayasan, menganggap akademik itu bagian kontrol sosial atau bisnis semata.

Selamat hari pendidikan yang terlewat, selamat datang hari prank, pembodohan, penistaan, penghinaan, dan macam-macam gak ada akhlaq.

____________________________________________
Sarjana ilmu komunikasi,
Masyarakat adalah laboratorium kami,
ilmu sosial dan politik adalah kajian kami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tolak IMB di Pulau Reklamasi, PMII : Apa Landasan Gubernur DKI ?

5 Bahaya Merokok yang Menakutkan bagi Kesehatan